Keindahan berasal dari kata indah, artinya bagus, permai, cantik, elok,
molek dan sebagainya. Benda yang mempunyai sifat indah ialah segala
hasil seni, (meskipun tidak semua hasil seni indah, pemandangan alam
(pantai, pegunungan, danau, bunga-bunga di lereng gunung), manusia
(wajah, mata, bibir, hidung, rambut, kaki, tubuh), rumah (halaman,
perabot rumah tangga dan sebagainya), suara, warna dan sebagainya.
Keindahan adalah identik dengan kebenaran
Manusia merupakan ciptaan dari Tuhan Yang Maha Esa. Manusia memiliki
lima komponen yang secara otomatis dimiliki ketika manusia tesebut
dilahirkan. Kelima komponen tersebut adalah nafsu, akal, hati, ruh, dan sirri (rahasia ilahi). Dengan modal yang
telah diberikan kepada manusia itulah (nafsu, akal dan hati) akhirnya
manusia tidak dapat dipisahkan dengan sesuatu yang disebut dengan
keindahan. Dengan akal, manusia memiliki keinginan-keinginan yang
menyenangkan (walaupun hanya untuk dirinya sendiri) dalam ruang
renungnya, dengan akal pikiran manusia melakukan kontemplasi
komprehensif guna mencari nilai-nilai, makna, manfaat, dan tujuan dari
suatu penciptaan yang endingnya pada kepuasan, dimana kepuasan ini juga
merupakan salah satu indikator dari keindahan.
Akal dan budi merupakan kekayaan manusia tidak dimiliki oleh makhluk
lain. Oleh karena itu, akal dan budi manusia memiliki kehendak atau
keinginan pada manusia ini tentu saja berbeda dengan “kehendak atau
keinginan” pada hewan karena keduanya timbul dari sumber yang berbeda.
Kehendak atau keinginan pada manusia bersumber dari akal dan budi,
sedangkan kehendak atau keinginan pada hewan bersumber dari naluri.
Sesuai dengan sifat kehidupan yang menjasmani dan merohani, maka
kehendak atau keinginan manusia itu pun bersifat demikian. Jumlahnya tak
terbatas. Tetapi jika dilihat dari tujuannya, satu hal sudah pasti
yakni untuk menciptakan kehidupan yang menyenangkan, yang memuaskan
hatinya. Sudah bukan rahasia lagi bahwa “yang mampu menyenangkan atau
memuaskan hati setiap manusia itu tidak lain hanyalah sesuatu yang
‘baik’, yang ‘indah’.” Maka “keindahan pada hakikatnya merupakan dambaan
setiap manusia; karena dengan keindahan itu manusia merasa nyaman
hidupnya. Melalui suasana keindahan itu perasaan “(ke) manusia (annya)”
tidak terganggu.
Dengan adanya keinginan-keinginan tersebut, manusia menggunakan
nafsunya untuk mendorong hasrat atau keinginan yang dipikirkan atau
direnungkan oleh sang akal tadi agar bisa terrealisasikan. Ditambah lagi
dengan anugrah yang diberikan-Nya kepada kita (manusia) yakni berupa
hati, dimana dengan hati ini manusia dapat merasakan adanya keindahan,
oleh karena itu manusia memiliki sensibilitas esthetis.
Oleh karena itu, alangkah baiknya kita harus bersyukur kepada Tuhan yang
telah menciptakan kita sebagai manusia yang memiliki segala bentuk
keindahan yang sempurna yang tidak dimiliki oleh makhluk Tuhan yang
lainnya. Janganlah kita merusak keindahan yang telah dianugrahkan kepada
setiap insan manusia, dan janganlah pula kita merusak keindahan
terhadap makhluk-makhluk Tuhan yang lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar