Al Qur’an maupun kitab suci agama lain banyak menguraikan penderitaan manusia sebagai peringatan bagi manusia.
Hampir
semua karya besar dalam bidang seni dan filsafat lahir dari imajinasi
penderitaan. Epos Ramayana dan Maha Bharata merupakan salah satu contoh
cerita yang penuh penderitaan.
Karya Shakespeare pun banyak mengungkapkan penderitaan batin yang dialami para pelakunya. Dalam drama Romeo and Juliet,
Shakespeare ingin mengomunikasikan penderitaan batin dua remaja yang
sedang dilanda cinta. Kedua orang tuanya saling bermusuhan, sehingga tak
mungkin bagi mereka untuk melangsungkan cintanya sampai jenjang
perkawinan. Betapa terharu dan pilu hati pembaca atau penonton (film)
menyaksikan ketragisan kedua remaja itu yang berakhir dengan kematian.
Di sini kita dihadapkan pada pihak-pihak yang dicekam oleh harga diri
yang palsu atau lebih tepat kesombongan orang tua. Karena sifat dan
sikap yang congkak itu, anak mereka sangat dicintai menjadi korban.
Dalam
riwayat Nabi Muhammad Saw. pun, diceritakan bahwa beliau dilahirkan
sebagai anak yatim dan kemudian yatim piatu, yang dibesarkan kakeknya
kamudian pamannya. Beliau menggembala kambing, bekerja pada orang dan
sebagainya. Bahkan sebagian besar hidupnya mengalami penderitaan yang
luar biasa.
Dalam
riwayat hidup Budha Gautama, yang dipahatkan dalam bentuk relief pada
dinding candi Borobudur kita juga melihat adanya penderitaan. Meskipun
berupa relief, hati kita dan haru pada saat melihatnya. Seorang pangeran
(Sidarta) yang meninggalkan istana yang bergemerlapan masuk hutan
menjadi bhiksu dan makan dengan cara mengemis, mengembara di hutan yang penuh penderitaan dan tantangan.
Kalau
kta baca buku riwayat hidup orang besar, semuanya dimulai dengan
penderitaan. Hamka, mengalami penderitaan yang hebat pada masa kecilnya,
hingga ia sempat mengecap sekolah kelas II saja. Namun ia mampu menjadi
orang terkenal, orang besar pada zamannya, berkat perjuangan hidupnya
melawan penderitaan.
Contoh
lainnya adalah Bung Hatta, yang beberapa kali menjalani pembuangan di
tengah hutan Irian Jaya yang penuh belukar dan penyakit, namun Tuhan
tetap melindunginya sehingga ia dapat menjadi pemimpin bangsanya.
Pada
waktu kita membaca riwayat hidup para tokoh itu, kita dihadapkan pada
jiwa besar, harga diri, berani karena benar, rasa tanggung jawab,
semangat membaca, dan sebagainya. Semua itu menjadi pelajaran yang
sangat berharga bagi kita. Di sana tidak kita temui jiwa munafik,
plin-plan, cengeng, dengki, iri, dan sebagainya.
1. Siksaan
Apabila
berbicara tentang siksaan, terbayang di benak kita sesuatu yang sangat
mengerikan, bahkan mendirikan bulu kuduk kita. Di dalam benak kita,
terbayang seseorang yang tinggi besar, kokoh kuat dan dengan muka yang
seram sedang memegang cemeti yang siap mencambukkan tubuh orang yang
akan disiksa; atau ia memegang tang dan siap mencopot kuku-kuku orang
yang disiksa. Mungkin juga si penyiksa sedang merokok dan bermaksud
untuk menyulut sekujur tubuh orang yang sedang disiksa. Semua itu dengan
maksud agar orang yang disiksa itu memenuhi permintaan penyiksa atau
sebagai perbuatan balas dendam.
Siksaan
semacam itu banyak terjadi dan banyak dibaca di berbagai media massa.
Bahkan kadang-kadang ditulis di halaman pertama dengan judul huruf
besar, dan disertai gambar si korban.
Siksaan
manusia juga menimbulkan kreativitas bagi orang yang pernah mengalami
siksaan atau orang lain yang berjiwa seni yang menyaksikan langsung atau
tak langsung. Hal itu terbukti dengan banyaknya tulisan, baik berupa
berita, cerpen ataupun novel yang megisahkan siksaan. Dengan membaca
hasil seni yang berupa siksaan, kita akan dapat mengambil hikmahnya.
Karena kita dapat menilai arti manusia, harga diri, kejujuran,
kesabaran, dan ketakwaan, tetapi juga hati yang telah dikuasai nafsu
setan, kesadisan, tidak mengenal perikemanusiaan, dan sebagainya.
Kita dapat menilai diri kita sendiri, di mana kita berdiri, di mana kita berpihak, dan sejauh mana ketakwaan kita.
2. Rasa Sakit
Rasa
sakit adalah rasa yang penderita akibat menderita suatu penyakit. Rasa
sakit ini dapat menimpa setiap manusia. Kaya-miskin, besar-kecil,
tua-muda, berpangkat atau rendahan tak dapat menghindarkan diri darinya.
Orang bodoh atau pintar, bahkan dokter sekalipun.
Penderitaan,
rasa sakit, dan siksaan merupakan rangkaian peristiwa yang satu dan
lainnya tak dapat dipisahkan merupakan rentetan sebab akibat. Karena
siksaan, orang merasa sakit; dan karena merasa sakit, orang menderita.
Atau sebaliknya, karena penyakitnya tak sembuh-sembuh, ia merasa
tersiksa hidupnya, dan mengalami penderitaan.
3. Neraka
Berbicara
tentang neraka, kita selalu ingat kepada dosa. Juga terbayang dalam
ingatan kita, siksaan yang luar biasa, rasa sakit dan penderitaan yang
hebat. Jelaslah bahwa antara neraka, siksaan, rasa sakit, dan
penderitaan terdapat hubungan yang tak dapat dipisahkan satu sama lain.
Empat hal itu merupakan rangkaian sebab-akibat.
Manusia
masuk neraka karena dosanya. Oleh karena itu, bila kita berbicara
tentang neraka tentu berkaitan dengan dosa. Berbicara tentang dosa juga
berbicara tentang kesalahan.
Dalam
Al Qur’an banyak ayat yang berisi tentang siksaan di neraka atau
ancaman siksaan. Surat-surat itu antara lain surat Al-Fath ayat 6 yang
artinya:
Dan supaya mereka menyiksa orang-orang yang
munafik laki-laki dan perempuan, oang-orang yang musyik laiki-laki dan
perempuan yang mempunyai persangkaan jahat terhadap Allah. Mereka
mendapat giliran buruk. Allah memurkai mereka, dan menyediakan neraka
Jahanam baginya. Dan neraka Jahanam itu adalah seburuk-buruknya tempat
kembali. (Q.S. Al-Fath : 6)
1. Siksaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar